Setiap
manusia terlahir dengan berbagai keunikannya. Keunikan dalam tingkah laku,
sikap dan kepribadiannya. Kepribadian ini tumbuh seiring dengan perkembangan
tubuh dan jiwa seseorang sesuai dengan lingkungan dimana tempat ia berada.
Kepribadian erat kaitannya dengan bagaimana ia dididik oleh orang tua,
lingkungan bergaul dan terutama lingkungan keluarga, karena lingkungan pada
dasarnya akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Pribadi atau
kepribadian menurut Asmaran yakni suatu bentuk prinsip-prinsip yang terkandung
dalam diri seseorang, yang menyangkut dengan sikap dan tingkah laku. (Asmaran,
1992:1). Pribadi atau kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang
kompleks dari individu sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik.
(Sujanto dkk, 2004: 12) Kepribadian adalah bentuk kejiwaan yang ada pada seseorang
yang dapat dilihat dari pembicaraan dan tingkah lakunya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian remaja
dapat dibagi sebagai berikut:
- Faktor biologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani. Jasmani setiap orang yang berbeda menyebabkan sikap dan sifat serta tenprament orang tersebut juga berbeda dengan orang lain.
- Faktor sosial, yaitu masyarakat atau manusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. (Purwanto, 1991: 160)
Seorang remaja akan memiliki kepribadian yang berbeda
dengan yang lainnya karena terbentuk melalui pengaruh kedua fakor di atas.
Dengan demikian orang tua bisa membentuk kepribadian remaja menjadi baik
melalui pengaruhnya dari aspek sosial. Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia
secara paedagogis meliputi:
- Tahap enam tahun pertama; tahap perkembangan fungsi pengindaran yang memungkinkan anak mulai mampu untuk mengenal lingkungannya.
- Tahap enam tahuan kedua; tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu yang memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam usaha mengenal dan menganalisis lingkungannya.
- Tahap enam tahun ketiga; tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan anak mulai mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan-hubungan antar variabel di dalam lingkungannya.
- Tahap enam tahuan keempat; tahap perkembangan fungsi kemampuan berdedikari, self derection dan self controle.
- Tahap kematangan pribadi; tahap dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi dimana manusia berkemampuan mengasihi Allah dan sesama manusia. (Dalyono, 2005: 101-102)
Tahap-tahap pertumbuhan pada diri remaja dapat
dijadikan acuan bagi para tokoh agama dan para orang tua untuk memahami dan
melandasinya dengan pendidikan yang tepat sesuai dengan perkembangannya.
Dalam hal ini seseorang harus mengembangkan dan
memanfaatkan potensi yang dimilikinya sehingga ia dapat membahagiakan dirinya
dan orang lain serta tidak menggangu hak-hak orang lain. Bila tidak demikian,
akan menyebabkan kegelisahan dan dan pertentangan batin. Namun, seseorang yang
mengembangkan potensi yang ada untuk merugikan orang lain, mengurangi hak dan
ataupun menyakitinya, tidak dapat dikatakan memiliki pribadi yang Islami,
karena ia memanfaatkan potensi dalam dirinya untuk mengorbankan hak orang lain.
Seperti yang terjadi pada banyak remaja dimana yang harus dikembangkan adalah
sikap kejujuran antara sesama remaja dan para orang tua.
Prilaku jujur merupakan satu pilar penting di antara
pilar-pilar akhlak Islam. Untuk memfokuskan dan meneguhkan hal ini jelas
membutuhkan kerja keras. Rasulullah sendiri memberikan perhatian untuk
menanamkan perangai itu pada diri anak. Beliau juga memberikan pengarahan
kepada orang tua agar membiasakan diri berprilaku jujur. Ini dengan maksud agar
mereka tidak terperosot ke dalam ketidakjujuran yang tercela itu, lalu berbuat
bohong kepada anak yang pada akhirnya nanti akan ditiru si anak tersebut.
(Suwaid, 2006: 244). Dengan demikian kejujuran yang harus dibentuk pada
diri anak sebenarnya merupakan bagian dari pribadi yang Islami yang diinginkan
setiap tokoh agama dan para orang tua dalam memberikan pendidikan kepada
mereka. Para tokoh agama dan orang tua dalam hal ini memiliki tanggung jawab
pribadi yang Islami siswa.
Agama Islam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
umat manusia sejak masa kanak-kanak hingga ke akhir hayat yaitu Islam
mengajarkan tiga konsep yaitu iman, ibadah dan akhlak. Mereka yang beriman dan
mengamalkan kewajiban agama dengan sebaik-baiknya akan berbuah pula dalam
penampilan akhlak yang semakin luhur terpuji. Segala sesuatu dipikirkan dengan
pertimbangan agama. Sesuatu yang berdosa dan dilarang agama akan ditinggalkannya,
walaupun tidak ada orang yang melihatnya. (Purwoko, 2001: 37-40)
Agama memberikan petunjuk yang jelas bagi seseorang
tentang bagaimana konsep penyehatan mental yang sesungguhnya. Agama bisa
dijadikan pedoman hidup seseorang yang menjalani manusia yang benar dan
mendapat ridho dari Allah. Syari’at Islam tidak dihayati dan diamalkan begitu
saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan, sebab pendidikan Islam
lebih harus dididik melalui sikap mental yang terwujud dalam amal perbuatan,
baik segi keperluan diri sendiri maupun orang lain. dilihat dari segi lain
pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga bersifat
praktis.
Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal
sholeh, sebab pendidikan adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal
ajaran Islam merupakan ajaran yang berisi tentang sikap dan tingkah laku
pribadi seseorang dalam bermasyarakat, menuju kesejahteraan hidup individu dan
kelompok, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan
masyarakat. Adapun orang yang pertama bertugas dalam mendidik adalah para Nabi
dan Rasul selanjutnya para ulama, sebagai penerus Nabi dan kewajiban mereka.
(Daradjat, 1996: 28)
Sebagaimana halnya masalah ibadah, maka masalah
mentalpun harus diberikan dan dibiasakan semenjak kecil kepada para remaja.
Teori keilmuan yang beraneka macam belum menjamin seseorang dapat memiliki
mental yang sehat tanpa dibarengi dengan pengamalan berupa pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka dengan usaha dengan membiasakan dengan diri remaja
secara dini, lebih bisa diharapkan remaja memiliki mental yang sehat.
Seseorang dikatakan memiliki mental sehat bila ia
terhindar dari gejala penyakit jiwa dengan memanfaatkan potensi yang
dimilikinya untuk menyehatkan fungsi jiwa yang ada di dalam dirinya. Kecemasan
dan kegelisahan pada diri seseorang akan lenyap bila fungsi jiwa dalam dirinya
seperti pikiran, perasaan, sikap, jiwa pandangan, dan keyakinan hidup berjalan
seiring sehingga menyebabkan adanya keharmonisan dalam diri seseorang.
Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan dapat
dicapai antara lain dengan menjalan kan ajaran agama, dan berusaha menerapkan
norma-norma sosial, hukum, moral dan sebagainya. Dengan demikian akan tercipta
ketenangan batin yang menyebabkan timbulnya kebahagiaan di dalam diri
seseorang. (Burhanuddin, 1999: 12)
Adapun cara menyampaikan dan menanamkan jiwa remaja
itu hendaklah dengan lemah lembut dan selalu mengingat akan kebesaran Allah
SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An- Nahl ayat 125:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tantang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl : 125).
Pendidikan mental kepada anak-anak atau remaja
merupakan pendidikan dasar bagi kesehatan mental. Al Ghazali berpendapat bahwa
kewajiban pendidik dalam menyehatkan mental anak adalah:
- Menaruh kasih sayang terhadap anaknya.
- Tidak mengharapkan balas jasa.
- Memberikan nasehat kepada murid pada setiap kesempatan.
- Mencegah anak dari akhlak yang tidak baik.
- Berbicara dengan anak sesuai dengan kadar akalnya.
- Jangan menampakkan rasa benci pada satu bidang ilmu.
- Murid yang di bawah umur diberikan pelajaran yang jelas dan pantas baginya.
- Guru harus mengamalkan ilmunya. (Al-Abrasyi, 1987: 158)
Pedoman ini bisa digunakan oleh para tokoh agama dan para orang tua
dalam menyehatkan mental remaja akan dapat tercipta melalui konsep yang jelas
dan sistematis. Nilai-nilai agama yang diberikan kepada siswa tersebut adalah
dengan cara memberikan contoh atau teladan dalam segala hal dimungkinkan dapat
menciptakan mental yang sehat pada diri siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih pada pengunjung dan silahkan tinggalkan komentar disini.... :)