Membina memiliki pengertian “mengusahakan agar lebih baik, mengupayakan agar sedikit lebih maju atau sempurna”.[1] Membina secara garis besarnya dapat dimaknai sebagai upaya untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik atau lebih maju dan lebih meningkat dari keadaan sebelumnya.
Imam Al-Ghozali berpendapat, akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan16. Pendapat lain akhlak yaitu pengetahuan tentang baik dan buruk yang perlu ada dalam pergaulan umat manusia yang menjelaskan tata cara dan tujuan yang harus dicapai dalam semua tingkah lakunya.[2]
Sedang menurut Prof. Dr. Ahmad Amin akhlak mengandung arti; “Pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.[3] Adapun yang dimaksud dengan akhlak berbicara adalah tata cara / etika / sopan santun / pengetahuan baik maupun buruk yang ada dalam menjalin komunikasi dengan orang lain.
Sebagian orang berpendapat bahwa akhlak berbicara itu merupakan suatu bentuk kemaslahatan masyarakat manusia yang tercermin dalam adat istiadat individu untuk memudahkan dalam berkomunikasi dan juga untuk menjalin kerjasama dalam masyarakat. Pada hakikatnya kepribadian manusia itu terletak pada keindahan akhlak, setiap kali ia meningkatkan kesediaan tanggung jawab serta menahan diri pada batas-batas akhlak, khususnya akhlak berbicara dalam lingkungan pergaulan. Adapun pelaksanaan akhlak berbicara dalam lingkungan pergaulan ini meliputi seluruh aspek kehidupan perorangan maupun kemasyarakatan.[4]
[1] Risa Agustin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Serba Jaya, tt). 110.
[2] Drs. Kahar Masyhur. Membina Moral Dan Akhlak (Jakarta, PT. Rineka cipta,1994), 1-3
[3] Prof. Dr. Ahmadamin. Etika (Ilmu Akhlak) (Jakarta: Bulan Bintang , 1995), 2-3
[4] Syekh Muhammad Al-Ghozali. (Kuwait; Darul Bayan) hal 34 ataub lihat Drs. H. Anwar Masy’ari M.A Ahklaq Al-Qur’an ( Surabaya; PT Bina Ilmu.1990) hal 5.
Sumber gambar dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih pada pengunjung dan silahkan tinggalkan komentar disini.... :)